Efektifitas Program Perlindungan Anak Bagi Anak Yang Terpisah Pasca Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Aceh

Abstract

Bencana Gempa Bumi dan Tsunami yang melanda wilayah Aceh diyakini menjadi bencana terbesar abad ini dengan memakan korban 170 ribu lebih dengan kerugian material dan immaterial yang tidak terhitung jumlahnya. Dan didalam situasi buruk seperti ini, anak-anak selalu menjadi korban yang paling rentan karena situasi, posisi dan keberadaan mereka sebagai makhluk yang belum matang, belum bisa terlalu melindungi dan memperjuangkan pemenuhan hak mereka secara mandiri, dan memerlukan bantuan dari orang dewasa, terutama dari orang tua dan atau keluarga serta masyarakat mereka. Jumlah anak-anak yang selamat dari bencana tersebut, berdasarkan perkiraan perkiraan Pemerintah Indonesia (Departemen Sosial) waktu itu, ada sekitar 15,000 anak yang kehilangandan terpisah dari orangtuanya atau pengasuh utamanya. kondisi ini juga diperparah dengan situasi pengungsian yang kurang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kesejahteraan yang memadai serta bahaya eksploitasi oleh pihak yang ingin mengambil keuntungan dari situasi ini, menjadikan anak sebagai korban yang selayaknya perlu mendapat perhatian khusus. Apalagi secara Internasional,hampir semua negara didunia telah menyetujui dan terikat secara moril dan yuridis, melalui pencetusan Konveksi Hak Anak, untuk memberikan perlindungan yang maksimal bagi setiap anak, lebih-lebih ketika mereka berada dalam situasi yang berbahayadan tidak menguntungkan seperti yang terjadi di Aceh ini.