Please use this identifier to cite or link to this item: https://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/11757
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMunir, Abdul-
dc.contributor.advisorMinauli, Irna-
dc.contributor.authorBatubara, Afridha-
dc.date.accessioned2020-03-10T01:39:27Z-
dc.date.available2020-03-10T01:39:27Z-
dc.date.issued2017-08-30-
dc.identifier.urihttp://repository.uma.ac.id/handle/123456789/11757-
dc.descriptionBeberapa contoh dari norma sosial ini adalah seperti peraturan untuk tidak bersuara berisik saat menonton bioskop, dan perilaku-perilaku tertentu di jalan raya. Norma lain yang tidak tertulis antara lain adalah jangan berdiri terlalu dekat dengan orang asing. Tanpa memedulikan apakah norma sosial itu bersifat eksplisit atau implisit namun satu kenyataan tampak dengan jelas, yaitu sebagian besar orang mematuhi norma-norma tersebut hampir setiap saat. Awalnya, kecenderungan yang kuat terhadap konformitas ini dimana individu mengikuti harapan masyarakat atau kelompok mengenai bagaimana seharusnya bertindak di berbagai situasi membuat dengan secara sengaja menghindari kekacauan sosial. Ada beberapa alasan yang dapat dikedepankan untuk memahami mengapa individu melakukan konformitas. Alasan-alasan tersebut adalah keinginan untuk disukai teman. Sebagai akibat internalisasi dan proses belajar di masa kecil maka banyak individu melakukan konformitas untuk membantunya mendapatkan persetujuan dengan banyak orang. Persetujuan diperlukan agar individu mendapatkan pujian. Oleh karena pada dasarnya banyak orang senang akan pujian maka banyak orang berusaha untuk conform dengan keadaan. Konformitas penting dilakukan agar individu mendapatkan penerimaan dari kelompok atau lingkungan tertentu. Jika individu memiliki pandangan dan perilaku yang berbeda maka dirinya akan dianggap bukan termasuk dari anggota kelompok dan lingkungan tersebut. Banyak keadaan menyebabkan individu berada dalam posisi yang dilematis. Karena tidak mampu mengambil keputusan Jika ada orang lain dalam kelompok atau kelompok ternyata mampu mengambil keputusan yang dirasa benar maka dirinya akan ikut serta agar dianggap benar. Banyak individu berpikir melakukan konformitas adalah konsekuensi kognitif akan keanggotaan mereka terhadap kelompok dan lingkungan di mana mereka berada. Anak-anak SMK PAB 12 Saentis mengikuti kelakuan teman sebayanya diduga karena adanya kontrol diri yang lemah dan konformitas yang diterjemahkan dengan lebih arah negatif. Artinya, ketika ingin diakui oleh teman sebagai kelompok sebaya yang utuh, harus mau dan berani ikut dengan kelakuan teman.Misalnya saja, mau menghasut teman, mendorong teman, dan sebagainya. Anak remaja yang labil bingung menilai mana yang benar dan salah dalam bersikap. Kurang mempertimbangkan banyak hal sebelum bertindak.en_US
dc.description.abstractThis study aims to determine the humanity relation of conformity and self control with bullying behavior in private school senior high school PAB twelve saentis Percut Sei Tuan Medan. The measuring instrument used to measure conformity, Self control and bullying behavior is a likert scale. There are 151 people for the population in this study, and a sample of 95 people.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Medan Areaen_US
dc.relation.ispartofseriesNPM;151804071-
dc.subjectkonformitasen_US
dc.subjectkontrol dirien_US
dc.subjectperilaku bullyingen_US
dc.subjectconformityen_US
dc.subjectself controlen_US
dc.subjectbullying behavioren_US
dc.titleHubungan Konformitas dan Kontrol Diri dengan Perilaku Bullying di SMK Swasta PAB 12 Saentis Percut Sei Tuan Medanen_US
dc.typeTesis Magisteren_US
Appears in Collections:SP - Psychology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
151804071 - Afridha Batubara - Fulltext.pdfCover, Abstract, Chapter I, II, III, Bibliography2.59 MBAdobe PDFView/Open
151804071 - Afridha Batubara - Chapter IV-V.pdf
  Restricted Access
Chapter IV-V251.06 kBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.