Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/12506
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.author | Parinduri, M.Abrar | - |
dc.date.accessioned | 2020-11-27T03:55:39Z | - |
dc.date.available | 2020-11-27T03:55:39Z | - |
dc.date.issued | 2019-10-30 | - |
dc.identifier.uri | https://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/12506 | - |
dc.description | Sekitar tahun 2010 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah mengungkapkan bahwa Sumatera Utara dinobatkan sebagai model kerukunan umat beragama terbaik dalam tingkat nasional. Alasannya antara lain adalah karena Sumatera Utara terdiri dari masyarakat yang plural, majemuk, atau istilah lainnya adalah negeri berbilang kaum. Kita bisa hidup berdampingan antar agama.Paguyuban-paguyuban ini menjadi penting dalam kehidupan bermasyarakat. Apakah ini paguyuban yang di dasarkan pada profesi atau pekerjaan, suku, kesamaan visi, dan lain sebagainya. Agar semua persoalan-persoalan kehidupan bermasyarakat sebelum sampai ke jalur hukum dapat diselesaikan di tengah-tengah kita. Kalau paguyuban ini tidak ada, hampir dapat dipastikan masyarakat kita hidup sesuka hati saja, tidak ada yang mengontrol. Hingga pada akhirnya terjadi saling curiga.Mari kita senantiasa turut aktif dalam paguyuban masyarakat, apakah itu paguyuban yang sesuai dengan profesi kita atau yang lainnya. Agar masing-masing di antara kita bisa menghilangkan rasa curiga. Ketika rasa curiga ini bisa kita hilangkan dalam diri kita, maka insyaAllah konflik-konflik yang tadinya dikhawatirkan muncul bisa tereliminasi. Atau paling tidak bisa terminimalisir dengan baik. Semoga bermanfaat untuk kita semua. | en_US |
dc.description.abstract | Around 2010 President Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) once revealed that North Sumatra was named as the best model of religious harmony at the national level. The reason among others is because North Sumatra consists of a plural society, compound, or other term is a multi-people country. We can coexist between religions. These groups become important in people's lives. Whether this is a group based on professions or occupations, tribes, common vision, and so forth. So that all the problems of people's lives before they reach the legal path can be solved in our midst. If this group does not exist, it is almost certain that our society lives at will, no one controls. Until finally there was mutual suspicion. Let's always be active in community groups, whether it is a group that suits our profession or something else. So that each of us can dispel suspicion. When this suspicion can be eliminated in us, then God willing the conflicts that were feared to arise could be eliminated. Or at least it can be neutralized properly. Hopefully useful for all of us. | en_US |
dc.description.sponsorship | Buletin Taqwa Universitas Medan Area Periode Oktober 2019 | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Universitas Medan Area | en_US |
dc.subject | masyarakat | en_US |
dc.subject | ikatan sosial | en_US |
dc.subject | paguyuban | en_US |
dc.subject | membangun | en_US |
dc.title | Peran Paguyuban Masyarakat Dalam Membangun Ikatan Sosial | en_US |
dc.title.alternative | The Role of Community Groups in Building Social Ties | en_US |
dc.type | Article | en_US |
Appears in Collections: | Buletin Taqwa |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
M Abrar Parinduri - Peran Paguyuban Masyarakat.pdf | Article | 205.47 kB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.