Please use this identifier to cite or link to this item: https://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/13487
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorSyahbudin-
dc.contributor.authorTantawi, Ahmad Rafiqi-
dc.contributor.authorGusmeizal-
dc.date.accessioned2021-04-01T03:18:45Z-
dc.date.available2021-04-01T03:18:45Z-
dc.date.issued2016-11-
dc.identifier.urihttps://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/13487-
dc.description34 Halamanen_US
dc.description.abstractPenanaman kentang di dataran tinggi terus menerus pada lahan yang sama akan mengakibatkan terjadinya lonjakan hama dan penyakit, mempercepat terjadinya aliran permukaan, sehingga meningkatkan erosi. Untuk membuka peluang ekstensifikasi pertanaman kentang serta menguragi dampak negatif dan risiko yang mungkin terjadi akibat penanaman di dataran tinggi perlu dicari alternatif pengembangan tanaman di dataran medium dengan hasil dan kualitas hasil yang relatif sama dengan dataran tinggi. Pengembangan tanaman kentang di dataran medium dihadapkan pada kendala geografis terkait dengan karakteristik tanaman kentang yang membutuhkan temperatur relatif rendah selama pertumbuhan, terutama saat pembentukan umbi yang memerlukan suhu optimum 18oC. Peningkatan suhu di dataran medium berimplikasi terhadap peningkatan sintesis hormon giberelin pada kuncup daun dan ujung stolon (stolon tip) sehingga terhambatnya stolon menjadi ubi. Selain itu penanaman kentang di dataran medium membutuhkan varietas yang adaptif terhadap suhu tinggi dan cekaman kekeringan. Tujuan penelitian adalah diperoleh informasi efektivitas retardan paklobutrazol dan theobroksida terhadap kualitas dan kuantitas umbi kentang yang ditanam pada dataran medium. Penelitian dilakukan di Desa Batu Layang Kecamatan Sibolangit (680 m dpl) Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, dari bulan Juli sampai dengan Oktober 2016. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang diulang tiga kali. Faktor pertama varietas kentang (V) dua taraf yaitu V1 varietas Atlantik, V2 varietas Margahayu. Faktor kedua adalah faktor perlakuan zat penghambat tumbuh (inhibitor) paklobutrazol dan theobroksida dengan notasi (I), terdiri atas tujuh taraf yaitu : Paklobutrazol konsentrasi 2 cc/L air (i1), Paklobutrazol dengan konsentrasi 4 cc/L air(i2) paklobutrazol dengan konsentrasi6 cc/L air (i3), ekstrak senyawa theobroksida dengan konsentrasi 2 cc/L air (i4), ekstrak theobroksida konsentrasi 4 cc/L air (i5) , ekstrak theobroksida konsentrasi 6 cc/L air (i6), dan tanpa perlakuan inhibitor (i0). Aplikasi zat pengambat tumbuh dengan cara disiramkan disekitar pangkal batang (soil drench). Hasil penelitian menunjukkan pemberian zat penghambat tumbuh, baik paklobutrazol maupun theobroksida dapat menekan pertumbuhan vegetatif tanama seperti tinggi tanaman dan rata-rata luas daun. Disamping itu mampu meningkatkan kuantitas maupun kualitas umbi kentang. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan kandungan klorofil daun, Jumlah umbi, bobot umbi pertanaman, kadar pati, kadar bahan kering (dry matter) dan berat jenis (specific gravity) umbi kentang.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Medan Areaen_US
dc.subjectkentangen_US
dc.subjectdataran mediumen_US
dc.subjectpaklobutrazolen_US
dc.subjecttheobroksidaen_US
dc.titlePengembangan Kentang di Dataran medium Sebagai Upaya Peningkatan Produksi Kentang Nasionalen_US
dc.title.alternativeLaporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing Tahun ke IIen_US
dc.typeKarya Tulis Dosenen_US
Appears in Collections:Report Research

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Syahbudin 8 fulltext.pdfReport Research900.85 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.