Hubungan Religiusitas Dengan Psychological Well-Being Pada Siswa - Siswi SMA Negeri 2 Medan

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan religiusitas dengan psychological well-being yang ditujukan kepada siswa-siswi muslim SMAN 2 Medan. Psychological Well-Being adalah suatu keadaan ketika individu telah mencapai potensinya secara penuh dan mampu menerima kelebihan serta kekurangan dirinya, mampu mengelola tekanan atau perasaan negatif, mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, serta memiliki tujuan hidup. Hipotesis penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan antara religiusitas dengan psychological well-being. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 91 siswa/i. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif korelasional. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi product moment pearson dan pengumpulan data menggunakan model skala likert, melalui skala psychological well-being dan religiusitas. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien = 0,610; p = 0,000 < 0,05. Sumbangan nilai yang diberikan oleh variabel religiusitas terhadap psychological well-being menghasilkan 37,2%. Maka dari itu variabel religiusitas mean hipotetiknya adalah 92,5, kemudian untuk variabel psychological well-being mean hipotetiknya adalah 207,5. Berdasarkan analisis data, seperti yang terlihat dari analisis uji normalitas sebaran diketahui bahwa, mean empirik variabel religiusitas adalah 118,86, sedangkan untuk variabel psychological well-being mean empiriknya adalah 247,79. Berdasarkan hasil ini diketahui bahwa masih terdapat 62,8% kontribusi dari faktor lain terhadap psychological well-being dan menunujukkan bahwa hipotesis penelitian diterima. This study aims to determine the correlation between religiosity and psychological well-being aimed at Muslim students at senior high school 2 Medan. Psychological Well-Being is a condition when individuals have reached their full potential and are able to accept their strengths and weaknesses, are able to manage negative pressures or feelings, are able to establish good correlation with others, and have a purpose in life. The hypothesis of this research is that there is a correlation between religiosity and psychological well-being. The sample in this study amounted to 91 students. This research uses correlational quantitative research methods. The data analysis technique used Pearson's product moment correlation test and data collection using a Likert scale model, through psychological well-being and religiosity scales. This is indicated by the coefficient = 0.610; p = 0.000 < 0.05. The contribution of the value given by the religiosity variable to psychological well-being resulted in 37.2%. Therefore, the hypothetical mean religiosity variable is 92.5, then for psychological well-being the hypothetical mean is 207.5. Based on the data analysis, as seen from the analysis of the distribution normality test, it is known that the empirical mean of the religiosity variable is 118.86, while for the psychological well-being variable the empirical mean is 247.79. Based on these results, it is known that there are still 62.8% contribution from other factors to psychological well-being and shows that the research hypothesis is accepted