Penyelesaian Sengketa Perdata Melalui Gugatan Sederhana Berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung No.4 Tahun 2019 Di Pengadilan Negeri Takengon

Abstract

Keluhan terhadap praktik hukum acara perdata yang mahal dan rumit membuat masyarakat enggan berurusan di pengadilan, apalagi yang memiliki sengketa dengan nilai kecil. Padahal, menurut asasnya, peradilan dilaksanakan dengan cepat, mudah, dan berbiaya ringan. Sebab, selama ini proses penyelesaian peradilan di Indonesia membutuhkan waktu lama dan biaya besar sejak pendaftaran gugatan, proses persidangan, hingga pelaksanaan putusan yang membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan bisa diperoleh-tahun, Pada tahun 2019, perkara yang masuk dan sedang berjalan di Pengadilan Negeri Takengon yaitu berjumlah 19 Kasus Tahun 2017 sebanyak 3 kasus, 2018 sebanyak 1 kasus. Padahal dalam pelaksanaan nya Gugatan sederhana lebih memiliki banyak manfaat dibandingkan dengan gugatan biasa, hal ini bisa dilihat dari tujuan Gugatan sederhana itu sendiri yaitu Peradilan dengan Asas Sederhana, Cepat dan biaya ringan. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif menggunakan study kepustakaan dan wawancara. Subjek penelitian meliputi para narasumber dari lingkungan Pengadilan Negeri Takengon, Pengacara, serta para pihak yang berperkara di lingkungan Pengadilan Negeri Takengon. Analisis data dalam penelitian ini diolah secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan Perma no 4 Tahun 2019 di Pengadilan Negeri Takengon masih memiliki banyak kendala dalam Penerapan asas sederhana cepat dan biaya ringan walaupun kelihatannya sudah sesuai dengan ketentuan hukum yang ada namun masih ditemukannya hambatan dan dalam praktiknya di lapangan, hal ini bisa dilihat dimana masih banyak nya problem yang berasal dari internal dan eksternal pengadilan Negeri Takengon. Pengadilan diharapkan agar dapat memberikan informasi yang disampaikan dengan cara lebih menggiatkan lagi sosialisasi mengenai Perma no 4 tahun 2019 ini, karena masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui tentang Perma ini, hal ini diharapkan agar untuk mempermudah para pencari keadilan dalam menyelesaikan Perkaranya di Pengadilan. Complaints against the legal practice of expensive and complicated civil events make the public reluctant to deal in court, let alone those with disputes of little value. In fact, according to the principle, the judiciary is carried out quickly, easily, and lightly. Because, during this time the judicial settlement process in Indonesia takes a long time and large costs since the registration of the lawsuit, the proceedings, until the implementation of the verdict that takes months, can even be obtained-years, In 2019, the case that entered and is running in takengon District Court that amounts to 19 Cases year 2017 as many as 3 cases, 2018 as many as 1 case. Whereas in the implementation of a simple lawsuit has more benefits than a regular lawsuit, this can be seen from the purpose of the Simple Lawsuit itself which is the Judiciary with Simple Principles, Fast and light costs. This research is a normative juridical study using literature and interview studies. The subjects of the study included speakers from the Takengon District Court, Lawyers, as well as the parties who lied in the takengon district court. The data analysis in this study was qualitatively processed. The results showed that in the implementation of Perma no 4 Year 2019 in Takengon District Court still has many obstacles in the application of simple principles quickly and light costs although it seems to be in accordance with the existing legal provisions but still found obstacles and in practice in the field, this can be seen where there are still many problems that come from the internal and external courts of takengon district. The court is expected to provide information that is conveyed in a way that further strengthens socialization about Perma no 4 in 2019, because there are still many people who do not know about this Perma, this is expected to make it easier for the seekers of justice in completing the case in the Court.