Penerapan Mediasi Dalam Penyelesaian Perkara Cerai Gugat Di Pengadilan Agama Kelas I-A Medan

Abstract

Mediasi berkembang di Indonesia dikarenakan proses peradilan yang ada di Indonesia sangat lambat dan memakan waktu yang lama dalam menyelesaikan suatu kasus sehingga terjadilah penumpukan kasus di Pengadilan. Didalam mediasi dikenal juga Mediator yaitu orang ketiga yang bersifat netral dan tidak berpihak. Mediator dapat berasal dari Hakim dan orang lain yang memiliki sertifikat mediator. Mediasi memiliki tata cara yang sangat singkat, hemat waktu, dan hemat biaya, tetapi didalam prakteknya di Pengadilan Agama Kelas-I A Medan proses mediasi tidaklah berjalan mulus, terkadang menemui kendala kendala serta tingkat keberhasilan yang rendah dalam proses mediasi di Pengadilan Agama Kelas-I A Medan. Hal ini yang melatar belakangi ketertarikan penulis untuk menulis skripsi ini dengan beberapa permasalahan mengenai penerapan mediasi dalam penyelesaian perkara cerai gugat di Pengadilan Agama Kelas-I A Medan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif yaitu pengambilan bahan maupun data dari kepustakaan dimana penelitian ini mengacu kepada peraturan perundangundangan dan norma-norma hukum dalam masyarakat, dan didukung juga dengan penelitian langsung ke lapangan mengenai penerapan mediasi dalam penyelesaian perkara cerai gugat di Pengadilan Agama Kelas-I A Medan. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa proses mediasi di Pengadilan Agama Kelas-I A Medan sudah sesuai dengan Perma No 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yaitu membagi proses mediasi menjadi dua tahap yaitu tahap pra mediasi dan tahap proses mediasi akan tetapi kualitas mediasi sendiri masih kurang dikarenakan rendahnya tingkat keberhasilan mediasi di Pengadilan Agama Kelas-I A Medan. Mediation develops in Indonesia because the judicial process in Indonesia is very slow and takes a long time to resolve a case, resulting in a backlog of cases in court. Mediation is also known as a Mediator, who is a third person who is neutral and impartial. The mediator can come from the Judge and other people who have a mediator certificate. Mediation has a very short, time-saving, and cost-effective procedure, but in practice at the Class-I A Religious Courts in Medan the mediation process does not run smoothly, sometimes encountering obstacles and a low success rate in the mediation process at the Class-I Religious Courts A Medan. This is the background of the author's interest in writing this thesis with several problems regarding the application of mediation in the settlement of a lawsuit divorce case at the Class-I A Religious Court in Medan. This study uses a normative juridical research method, namely the collection of material and data from the literature where this research refers to the laws and regulations and legal norms in society, and is also supported by direct research into the field regarding the application of mediation in the settlement of suicidal divorce cases in the Religious Courts. Class-I A Medan. The results obtained from this research are that the mediation process at the Class-I A Religious Court in Medan is in accordance with Perma No.1 of 2016 concerning Mediation Procedures in Courts, namely dividing the mediation process into two stages, namely the pre-mediation stage and the mediation process stage, but the quality of the mediation itself is still lacking due to the low success rate of mediation in the Class-I A Religious Court in Medan.