Perkawinan Tradisi Rasam di Desa Pulau Balai Kecamatan Pulau Banyak Kabupaten Aceh Singkil dalam Perspektif Kompilasi Hukum Islam

Abstract

Perkawinan Tradisi Adat Rasam adalah sebuah aturan yang berlaku di dalam masyarakat Desa Pulau Balai yaitu pemisahan pasangan suami istri yang melaksanakan perkawinan selama waktu yang sudah ditentukan, proses Adat rasam ini harus tetap dilaksanakan oleh masyarakat Desa Pulau Balai karena tradisi ini merupakan tradisi turun temurun dari zaman Kerajaan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1606-1636 M yang membentuk sebuah aturan daerah yang disebut dengan Qanun yang terdapat di dalamnya yaitu peraturan, kedudukan, tugas dan fungsi serta wewenang imum mukim yang berfungsi sebagai penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan adat, melindungi adat istiadat. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : Apa yang menjadi latar belakang perkawinan Tradisi Adat Rasam di Desa Pulau Balai? Bagaimana konsep pelaksanaan perkawinan Tradisi Adat Rasam di Desa Pulau Balai? Bagaimana pelaksanaan perkawinan Tradisi Rasam dari perspektif Kompilasi Hukum Islam ? Adapun jenis penelitian adalah Yuridis Empiris yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara memadukan bahan-bahan hukum yang merupakan data sekunder dengan data primer yang diperoleh di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Tradisi Adat Rasam yang dilaksanakan di Desa Pulau Balai yang memisah pasangan suami istri selama tiga (3) hari tiga (3) malam yang baru saja melaksanakan pernikahan, barulah pasangan suami istri bisa melaksanakan kewajibannya yaitu hubungan senggama untuk memenuhi hak bathin. Traditional Rasam Marriage is a rule that applies within the Balai Island Village community, namely the separation of husband and wife couples who carry out marriages for a predetermined time, this Traditional Rasam process must still be carried out by the people of Balai Island Village because this tradition is a hereditary tradition from the time of the Kingdom. Sultan Iskandar Muda in 1606-1636 M which formed a regional regulation called the Qanun contained in it, namely the regulations, positions, duties and functions as well as the mukim's maximum authority which functions as the administration of government based on custom, protecting customs. The formulation of the problem in this research are: What is the background of the marriage of the Traditional Rasam Tradition in Balai Island Village? How is the concept of implementing the traditional Rasam marriage in Balai Island Village? How is the implementation of the Rasam Tradition marriage from the perspective of the Compilation of Islamic Law? The type of research is Juridical Empirical, namely the research method carried out by combining legal materials which are secondary data with primary data obtained in the field. Based on the results of the research that the authors have done, the authors can conclude that the Traditional Rasam Tradition which is carried out in Balai Island Village which separates a husband and wife couple for three (3) days and three (3) nights after they have just got married, then the husband and wife can carry out their obligations, namely sexual relations to fulfill inner rights.