Kesejahteraan Subjektif (Subjective Wellbeing) pada Perempuan Pengorganisasian Komunitas (Community Organizing) yang Berpendapatan Rendah

Abstract

Pendapatan rendah bagi perempuan pengorganisasian komunitas. (community organizing) tidak selalu direspon dengan emosi yang negatif saja, tetapi ada pula yang merespon dengan emosi yang positif. Emosi yang dapat merespon dengan positif menunjukkan sikap optimisme dari pada pesimis, sehingga individu tersebut mempunyai harapan tinggi yang akan berpengaruh terhadap subjective wellbeing di kehidupannya akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan subjektif pada perempuan pengorganisasian komunitas (community organizing) yang berpendapatan rendah. Penelitian ini dilakukan di Kota Belawan, menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam (In-depth Interview) kepada tiga perempuan sebagai responden dan tiga orang laki-laki sebagai informan, serta diskusi kelompok (Focus Group Discussion) dengan enam orang perempuan pengorganisasian komunitas (community organizing} yang berpendapatan rendah. Hal yang akan diteliti adalah penyebab perempuan menjalankan kegiatan pengorganisasian komunitas (community organizing), faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif (subjective wellbeing) dan aspek-aspek kesejahteraan subjektif (subjective wellbeing). Hasil penilitian menunjukkan bahwa responden yang mengikuti pengorganisasian komunitas (community organizing} yang berpendapatan rendah memiliki harga diri yang tinggi, rasa tentang pengendalian yang dapat diterima terbadap masalah, sifat ekstrovert (terbuka) pada siapa saja, optimisme terhadap bidup_ Hal ini terlibat dari adanya hubungan yang positif, keintiman emosional dan kontak sosial pada masyarakat serta pemahaman tentang arti dan tujuan hidup yang selalu mensyukuri keadaan meskipun berpendapatan rendah. Responden juga lebih merasakan emosi yang positif daripada emosi yang negatif, ini terlihat dari rasa senang, bahagia, menikmati, puas dan sabar sebagai perempuan yang menjalankan kegiatan pengorganisasian komunitas (community organizing) yang berpendapatan rendah. Low income for women organizing community. (community organizing) does not always respond with negative emotions, but there are also those who respond with positive emotions. Emotions that can respond positively showing an attitude of optimism rather than pessimism, so that the individual has high expectations that will affect on subjective well-being in their future lives. This research aims to find out how subjective well-being in women low-income community organizing. This research was conducted in Belawan City, using the qualitative with in-depth interviews with three women as respondents and three men as informants, and group discussion (Focus Group Discussion) with six women low-income community organizing. What will be investigated is the cause of women carrying out activities community organizing, influencing factors subjective well-being and aspects of well-being subjective (subjective well-being). The results of the study show that respondents who follow low-income community organizing have high self-esteem, an acceptable sense of control to problems, extrovert nature (open) to anyone, optimism towards bidup_ This involves having a positive relationship, emotional intimacy and social contacts in society as well as an understanding of the meaning and purpose of life who are always grateful for the situation even though their income is low. Respondent also feel more positive emotions than negative emotions, this can be seen from feeling happy, happy, enjoying, satisfied and patient as a woman who carry out community organizing activities low income.