Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/16777
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.advisor | Minin, Darwinsyah | - |
dc.contributor.advisor | Jauhari, Imran | - |
dc.contributor.author | Oktaranda, Teuku | - |
dc.date.accessioned | 2022-04-01T02:14:27Z | - |
dc.date.available | 2022-04-01T02:14:27Z | - |
dc.date.issued | 2017-08 | - |
dc.identifier.uri | https://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/16777 | - |
dc.description | 131 Halaman | en_US |
dc.description.abstract | Dewasa ini masalah minuman keras (khamar) di Aceh, bukan lagi menjadi problem pemakai pribadi atau kelompok tertentu, akan tetapi ini menjadi masalah yang harus di berantas oleh pemerintah aceh supaya generasi bangsa aceh tidak rusak. Karena aceh dari dulu tidak pernah memberikan izin untuk menjual minuman keras seperti daerah daerah lain yang bisa sebebasnya untuk membeli minuman keras (khamar). Sebelum hal tersebut terjadi dengan cepat, maka pemerintah aceh harus memperhatikan khusus untuk mencegah masuknya minuman keras ke aceh. Supaya tidak terjadinya ketergantungan bagi generasi aceh terhadap minimun keras ke aceh. Supaya tidak terjadinya ketergantungan bagi generasi aceh terhadap minuman keras, namun lebih jauh dari itu setiap operandinya bisa jadi melibatkan dan atau mengikutsertakan anak sebagai distribusi dan peminum langsung. Tindak pidana khamar dengan mengikutsertakan anak dalam setiap operandinya, sudah barang tentu melanggar ketentuan yang ada dalam pasal 17 qanun aceh nomor 6 tahun 2014 tentang hukum jinayat. Today the problem of liquor (khamar) in Aceh is no longer a problem for individual users or certain groups, but it is a problem that the Aceh government must eradicate so that the Acehnese generation is not damaged. Because aceh has never given permission to sell liquor like other regions where they can freely buy liquor (khamr). Before this happens quickly, the Aceh government must pay special attention to preventing the entry of liquor into Aceh. So that there is no dependence on the Acehnese generation for the minimum amount of violence to Aceh. So that the Aceh generation does not become dependent on liquor, but further than that, each operandi may involve and or involve children as direct distribution and drinkers. The crime of wine by involving children in every operandi, of course violates the provisions contained in Article 17 of Aceh Qanun number 6 of 2014 concerning the law of jinayat. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Universitas Medan Area | en_US |
dc.relation.ispartofseries | NPM;141803009 | - |
dc.subject | sanksi pidana | en_US |
dc.subject | tindak pidana | en_US |
dc.subject | anak | en_US |
dc.subject | khamar | en_US |
dc.title | Sanksi Bagi Pelaku yang Mengikutsertakan Anak di Bawah Umur Dalam Tindak Pidana Khamar (Analis Hokum Pidana Positif Terhadap Pasal 17 Qanun Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Hukum Jinayah) | en_US |
dc.title.alternative | Sanctions for Perpetrators Who Include Minors in the Crime of Khamar (Positive Criminal Law Analyst Against Article 17 of Qanun Number 6 of 2014 concerning Jinayah Law) | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |
Appears in Collections: | MT - Master of Law |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
141803009 - Teuku Oktaranda - Fulltext.pdf | Cover, Abstract, Chapter I,II,III,Bibliography | 1.46 MB | Adobe PDF | View/Open |
141803009 - Teuku Oktaranda - Chapter IV.pdf Restricted Access | Chapter IV | 381 kB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.