Hubungan Penerimaan Diri dengan Kebahagiaan Pada Orang tua yang memiliki Anak Berkebutuhan Khusus di SLB Kota Medan

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan penerimaan diri dengan kebahagiaan pada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus di SLB Kota Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah 33 ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Pengambilan sampel nya menggunakan teknik purposive sampling. Dengan asumsi semakin tinggi penerimaan diri maka semakin tinggi kebahagiaan dan sebaliknya semakin rendah penerimaan diri maka semakin rendah kebahagiaan. Metode pengumpulan data menggunakan skala kebahagiaan disusun berdasarkan aspek-aspek kebahagiaan menurut Seligman (2005) yaitu Terjalinnya hubungan positif dengan orang lain, keterlibatan penuh, penemuan makna dalam keseharian, optimisme yang realistis, dan resiliensi. Selanjutnya skala penerimaan diri disusun berdasarkan aspek-aspek penerimaan diri menurut Sheerer (dalam pancawati, 2013) yaitu Perasaan sederajat, percaya kemampuan diri, bertanggungjawab, orientasi keluar diri, berpendirian, menyadari keterbatasan, dan menerima kemanusiaan. Berdasarkan hasil analisis dengan metode analisis korelasi r Product Moment, diketahui bahwa ada hubungan positif antara penerimaan diri dengan kebahagiaan, dimanarxy = -0,722 dengan signifikan p = 0.000 < 0,050. Artinya hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diterima. Koefisien determinan (r2) dari hubungan antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y adalah sebesar r2 = 0,521 Ini menunjukkan bahwa penerimaan diri berkontribusi terhadap kebahagiaan sebesar 52,1%. sedangkan 47,9% terdapat faktor lain yang mempengaruhi kebahagiaan pada ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata hipotetik dan empirik dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri tergolong tinggi dengan nilai hipotetik sebesar 62,5 dan empirik sebesar 70,76. Kebahagiaan tergolong tinggi dengan nilai hipotetik 50 dan empirik 58,61. This study aims to empirically examine the relationship between self-acceptance and happiness in parents who have children with special needs in SLB Medan City. The sample in this study were 33 mothers who have children with special needs. Sampling using purposive sampling technique. Assuming the higher the self-acceptance, the higher the happiness and conversely the lower the self-acceptance, the lower the happiness. The data collection method used a happiness scale based on aspects of happiness according to Seligman (2005), namely positive relationships with others, full involvement, finding meaning in everyday life, realistic optimism, and resilience. Furthermore, the self-acceptance scale is arranged based on aspects of self-acceptance according to Sheerer (in Pancawati, 2013) namely feeling equal, confident in one's own abilities, being responsible, outward orientation, opinionated, aware of limitations, and accepting humanity. Based on the results of the analysis using the Product Moment r correlation analysis method, it is known that there is a positive relationship between self-acceptance and happiness, where rxy = -0.722 with a significant p = 0.000 <0.050. This means that the hypothesis proposed in this study is accepted. The determinant coefficient (r2) of the relationship between the independent variable X and the dependent variable Y is r2 = 0,521. This indicates that self-acceptance contributes to happiness by 52.1%. while 47.9% there are other factors that affect the happiness of mothers who have children with special needs. Based on the results of the calculation of the average hypothetical and empirical values, it can be concluded that self-acceptance is high with a hypothetical value of 62.5 and an empirical value of 70.76. Happiness is classified as high with a hypothetical value of 50 and an empirical value of 58.61.