Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Endofit Akar Kecombrang (Etlingera Elatior (Jack) R. M. Smith) Serta Kemampuannya Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus Aureus

Abstract

Bakteri endofit merupakan bakteri dalam jaringan tumbuhan yang dapat memproduksi metabolit sekunder berupa zat bioaktif yang sama dengan tanaman inangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui isolat dan karakterisasi bakteri endofit yang terdapat pada akar kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R. M. Smith) dan kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Penelitian dilaksanakan dengan metode deskriptif kuantitatif dengan tahapan yaitu preparasi sampel, sterilisasi alat dan media, isolasi, karakterisasi dan pengujian. Hasil penelitian diperoleh tiga isolat bakteri endofit dari akar kecombrang yaitu AK1, AK2, dan AK3 menunjukkan bahwa ketiga isolat bakteri endofit merupakan bakteri gram positif berbentuk kokus. Berdasarkan uji penghambatan menunjukkan bahwa bakteri endofit bersifat antagonis terhadap Staphylococcus aureus. Isolat dengan kode AK1 memiliki daya hambat 9,6 mm, AK2 memiliki daya hambat terendah yaitu 6,6 mm dan AK3 memiliki daya hambat terbesar yaitu 13,5 mm. Endophytic bacteria are bacteria in plant tissues that can produce secondary metabolites that similar to bioactive substances as their host plants. This study aims to isolate and characterized endophytic bacteria in the roots of kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R. M. Smith) and their ability to inhibit the growth of Staphylococcus aureus. The research was carried out using a quantitative descriptive method with the stages of sample preparation, sterilization of tools and media, isolation, characterization and testing. The results showed that three isolates of endophytic bacteria were isolated from kecombrang roots, namely AK1, AK2, and AK3 the isolates were cocci, gram-positive bacteria. Based on the inhibition test showed that the endophytic bacteria were antagonist to Staphylococcus aureus. Isolates with code AK1 had an inhibitory of 9.6 mm, AK2 had the lowest inhibitory of 6.6 mm and AK3 had the greatest inhibitory of 13.5 mm.