Please use this identifier to cite or link to this item: https://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/22167
Title: Perbandingan Kelayakan Agribisnis Bawang Merah Di Kecamatan Sei Bamban Dan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara
Other Titles: Comparison of the Feasibility of Shallot Agribusiness In Sei Bamban and Tanjung Beringin Districts Serdang Bedagai Regency North Sumatra Province
Authors: Ginting, Meiliana Veronica
metadata.dc.contributor.advisor: Kuswardani, Retna Astuti
Siregar, Tumpal HS
Keywords: shallot;farming business;total cost;bawang merah;usaha tani;total cost
Issue Date: 30-Sep-2023
Publisher: Universitas Medan Area
Series/Report no.: NPM;91802020
Abstract: Bawang merah juga salah satu rempah yang hampir digunakan pada seluruh menu masakan, dapat ditanam di dataran tinggi dan dataran rendah. Penelitian berlangsung dari bulan Oktober s/d November 2021 lokasi penelitian adalah Kecamatan Sei Bamban dan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai. Data yang digunakan dalam penelitian yakni data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani produsen menggunakan kuisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Balai Penyuluh Pertanian Tanjung Beringin dan Sei Rejo Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai dan BPS. Disimpulkan Bahwa pengeluaran usaha tani bawang merah pada 2 kecamatan Sei Bamban dan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai menunjukkan perbedaan, yang dapat diketahui pada total fix cost dan total variable cost. Di Kecamatan Sei Bamban, total variable cost mencapai 59,48% dari total cost, sedangkan di Kecamatan Tanjung Beringin 54,77%. Sedangkan total fix cost pada kedua kecamatan tersebut masing masih 41% (Kecamatan Sei Bamban) dan 45,23% (Kecamatan Tanjung Beringin) dari total cost. Pendapatan usaha tani bawang merah pada 2 kecamatan yakni Sei Bamban dan Tanjung Beringin – Kabupaten Serdang Bedagai menunjukkan perbedaan. Di kecamatan Sei Bamban, pendapatan yang diperoleh dari usaha tani bawang merah sebesar Rp. 19.716.000. Sedangkan pendapatan usaha tani bawang merah di Kecamatan Tanjung Berngin sebesar Rp. 16.654.500. Pendapatan usaha tani tersebut belum dapat mendukung biaya hidup petani selama setahun, sehingga diperlukan usaha tani lainnya. Dari hasil penelitian ini, disarankan intensifikasi budidaya bawang merah harus dilakukan, agar produksi meningkat dan sejalan dengan itu sejumlah biaya dapat diturunkan. Biaya biaya pemupukan dan jaminan bibit bermutu tinggi merupakan faktor faktor yang diperlukan untuk memperoleh pendapatan yang memadai. Shallots are also one of the spices that are almost used in all dishes, can be grown in the highlands and lowlands. The research took place from October to November 2021, the research location was Sei Bamban and Tanjung Beringin Districts, Serdang Bedagai Regency. The data used in the research are primary data and secondary data. Primary data is data obtained through direct interviews with producer farmers using questionnaires. Meanwhile, secondary data were obtained from the Agricultural Extension Center of Tanjung Beringin and Sei Rejo, Serdang Bedagai Regency Agriculture Office and BPS. It is concluded that shallot farming expenditures in the 2 sub-districts of Sei Bamban and Tanjung Beringin, Serdang Bedagai Regency show differences, which can be seen in the total fixed cost and total variable cost. In Sei Bamban sub-district, total variable costs reach 59.48% of total costs, while in Tanjung Beringin sub-district 54.77%. While the total fix cost in the two sub-districts is still 41% (Sei Bamban subdistrict) and 45.23% (Tanjung Beringin sub-district) of the total cost. Onion farming income in 2 sub-districts namely Sei Bamban and Tanjung Beringin - Serdang Bedagai Regency shows differences. In Sei Bamban sub-district, the income obtained from shallot farming is Rp. 19,716,000. While the income of shallot farming in Tanjung Berngin District is Rp. 16,654,500. The farming income has not been able to support farmers' living costs for a year, so other farming businesses are needed. From the results of this study, it is suggested that intensification of shallot cultivation should be carried out, so that production increases and at the same time a number of costs can be reduced. The cost of fertilization costs and the guarantee of high quality seeds are factors that are needed to obtain adequate income.
Description: 50 Halaman
URI: https://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/22167
Appears in Collections:MT - Master of Agribusiness

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
191802020 - Meiliana Veronica Ginting - Fulltext.pdfCover, Abstract, Chapter I, II, III, V, Bibliography1.05 MBAdobe PDFView/Open
191802020 - Meiliana Veronica Ginting - Chapter IV.pdf
  Restricted Access
Chapter IV721.39 kBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.