Potensi Likuifaksi Pada Proyek Pengembangan Infrastruktur Jalan Di Bandara Kualanamu Berdasarkan Sni 1726 : 2019

Abstract

Pakam adalah daerah yang berdekatan dengan belawan dan juga berada di pesisir pantai Sumatera Utara yang langsung berhadapan dengan Selat Malaka. Berdasarkan peta persebaran tanah, Pakam merupakan daerah dengan jenis tanah lanau, tanah organik, tanah gambut dan pasir. Karakteristik dari keempat tanah tersebut memiliki daya dukung tanah yang sangat rendah, karena mengandung banyak air. Namun pada daerah pesisir tersebut justru dibangun sebuah proyek pengembangan infrastruktur jalan di bandara kualanamu, mengubah perairan menjadi daratan untuk menggantikan bandara yang lama di area yang mengandung banyak airnya. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui apakah berpotensi terjadinya Likuifaksi pada proyek tersebut ketika terjadi gempa pada magnitudo 6.5 SR, 7.5 SR, dan 8.0 SR dan hal ini membuat peneliti menjadi tertarik untuk menganalisis apakah terjadi Likuifaksi pada daerah proyek tersebut. Metode penelitian yang digunakan ialah menggunakan data primer dari data bore log proyek, kemudian data sekunder menggunakan data dari SNI 1726 : 2019 dan website Desain Spektra Puskim PU. Alur penelitian tersebut ialah mengambil data tanah dari proyek dan data gempa menurut SNI 1726 : 2019 dan menggunakan data gempa dari Desain Spektra Indonesia Puskim PU, kemudian metode perhitungan analisis potensi likuifaksi menggunakan metode Young-Idriss dan metode Idriss Boulanger. Dari hasil analisis perhitungan tidak terjadi likuifaksi pada kedalaman 1.50 – 22.95 m pada BH.01 dan BH.04 berdasarkan SNI 1726 : 2019 dan juga berdasarkan Desain Spektra Indonesia Puskim PU walaupun jenis tanahnya lebih dominan pasir dan lanau. Pakam is an area close to Belawan and is also on the coast of North Sumatra which directly faces the Malacca Strait. Based on the land distribution map, Pakam is an area with silt soil, organic soil, peat soil and sand. The characteristics of these four soils are that they have a very low soil carrying capacity, because they contain a lot of water. However, in this coastal area a road infrastructure development project was built at Kualanamu Airport, changing water to land to replace the old airport in an area that contains a lot of water. The aim of this research is to find out whether there is potential for liquefaction in the project when an earthquake occurs at magnitudes 6.5 SR, 7.5 SR and 8.0 SR and this makes researchers interested in analyzing whether liquefaction occurs in the project area. The research method used is using primary data from project bore log data, then secondary data using data from SNI 1726: 2019 and the PUskim PU Spektra Design website. The research flow is to take soil data from the project and earthquake data according to SNI 1726: 2019 and use earthquake data from Puskim PU Indonesian Spectra Design, then the liquefaction potential analysis calculation method uses the Young-Idriss method and the Idriss Boulanger method. From the results of the calculation analysis, liquefaction did not occur at a depth of 1.50 – 22.95 m at BH.01 and BH.04 based on SNI 1726: 2019 and also based on the Indonesian Puskim PU Spectra Design even though the soil type was dominantly sand and silt.