Perlindungan Konsumen Muslim terhadap Produk Roti UD. Anna Pattiseri yang belum Mendapatkan Sertifikat Halal dari Lembaga Pengkajian Pangan Obat Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (Studi Kasus di Majelis Ulama Indonesia Prov. Sumatera Utara)

Abstract

Bagi Konsumen muslim tentu saja harus mengkonsumsi produk pangan kemasan yang halal dan tidak bertentangan dengan ajaran Agama Islam. Sehingga mereka akan merasa nyaman dan tenang karena produk pangan kemasan yang dikonsumsi sesuai dengan yang dianjurkan oleh agama. Kata halal sendiri berasal dari bahasa arab yang berarti terizinkan, diizinkan oleh syariat islam. Isu produk halal bukanlah hal baru dalam upaya pengakomodasian kepentingan mayoritas konsumen muslim Indonesia.namun secara formal hal ini seolah-olah terkesan kurang imendapat perhatian dalam rangka penegakan hukum perlindungan konsumen di Indonesia. Mengingat produk pangan kemasan yang dihasilkan beragam bentuknya, maka diperlukan adanya legalisasi dan standarisasi produk dari LPPOM MUI, paling tidak dapat melindungi agar produk pangan yang dihasilkan layak untuk dipakai atau dikonsumsi bagi umat muslim. For Muslim consumers, of course they have to consume food products packaging that is halal and does not conflict with Islamic teachings. So that they will feel comfortable and calm because of the packaged food products consumed as recommended by religion. The word halal itself comes from from Arabic which means permitted, permitted by Islamic law. Product issues Halal is nothing new in efforts to accommodate the interests of the majority Indonesian Muslim consumers. However, formally this seems to impress receiving less attention in the context of enforcing protection laws consumers in Indonesia. Considering the packaged food products produced various forms, it is necessary to legalize and standardize products from LPPOM MUI, can at least protect food products produced suitable for use or consumption by Muslims.