Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Pemerkosaan ditinjau dari Victimologi (Studi Kasus pada Pengadilan Negeri Medan)

Abstract

Setiap warga Negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. apapun model dan bentuk kekerasan yang dilakukan baik itu berupa ancaman kekerasan, penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan adalah merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan. Selain hak azasi manusia juga mempunyai kewajiban dasar antara manusia yang satu terhadap yang lain dan terhadap masyarakat secara keseluruhan dalam kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bemegara. Dalam kasus Tindak Pidana pemerkosaan dengan kekerasan oleh Terdakwa Darwin Siturnorang Terhadap Korban Sri Wahyuni pada hari minggu 21 September 2003 sekira pukul 21.00 Wib di jalan selambo toba Kec. Medan Amplas, dengan cara mengancam dan memaksa korban Sri Wahyuni kemudian membuka pakaian korban dan menjatuhkan tubuh korban diatas tanah dan memasukkan alat kelaminya kedalam alat kelamin tubuh korban. di Pengadilan Negeri Medan ini membahas permasalahan tentang Mengapa masih banyak terjadi tindak pidana pemerkosaan? Dan Bagaimana bentuk Perlindungan hukum yang diberikan terhadap korban pemerkosaan. Dimana Pengadilan menjatuhkan Putusan berupa hukuman penjara selama 6 bulan. Metode yang digunakan adalah Yuridis Sosiologis, yakni pendekatan terhadap masalalh dengan melihat norma-norma hukum yang berlaku dan kemudian dihubungkan dengan fakta-fakta yang ada dari permasalahan yang di temui dilapangan yaitu di Pengadilan Negeri Medan.