Analisis Eksploratif Prospek Ekspor Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium) Asal Propinsi Sumatera Utara

Abstract

Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) merupakan salah satu komiditas rempah rempah asal Sumatera Utara yang potensial untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor. Potensinya sebagai sumber bahan baku obat herbal juga didapati, sehingga pengembangannya sebagai komoditas ekspor unggul Sumatera Utara patut untuk dilakukan. Atas dasar itu, dilakukan penelitian untuk mengetahui keberadaannya dari aspek agroteknologi,aspek perdagangan dan aspek ekspor. Penelitian dilakukan pada 3 desa sentra produksi andaliman masing masing di Desa Perjuangan (Kabupaten Dairi), Desa Goting Raya dan desa Bintang Raya (Kabupaten Simalungun). Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survey dengan melakukan wawancara terhadap 138 orang petani andaliman pada 3 desa tersebut dan eksplorasi terhadap data data perdagangan dan ekspor andaliman. Hasil analisis menunjukkan bahwa korelasi antar peubah budidaya yakni produksi, topografi, jumlah tanaman dan luas lahan tanaman andaliman pada tiga lokasi penelitian, yakni Desa Perjuangan (Kabupaten Dairi), Desa Goting Raya dan desa Bintang Raya (Kabupaten Simalungun) sangat rendah. Korelasi yang rendah ini menunjukkan andaliman belum dikelola sebagai tanaman potensial sebagai penghasil devisa/tanaman ekspor. Andaliman sebagai komoditas ekspor khas Sumatera Utara masih mengalami hambatan hambatan agroteknologi, perdagangan dan ekspor. Hal utama adalah belum adanya diversifikasi kegunaan dan belum adanya regulasi dan SNI khusus andaliman. Disarankan dukungan dari pemerintah berupa manfaat andaliman bagi kesehatan ataupun penggunaan lainnya. Aspek agroeknologi perlu diintroduksi kepada petani andaliman sehingga proses panen tidak bersifat eksploratif, tetapi berbasiskan budidaya. Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) is one of the spice commodities from North Sumatra that has the potential to be developed as an export commodity. Its potential as a source of raw materials for herbal medicines has also been discovered so its development as a superior export commodity of North Sumatra is worth doing. On that basis, it is carried out research to determine its existence from the agrotechnology aspect, trade aspect, and export aspects. Research was carried out in 3 Andaliman production center villages, respectively in Perjuangan Village (Dairi Regency), Goting Raya Village, and Bintang Raya Village (Simalungun Regency). Survey by conducting interviews with 138 Andaliman farmers in these 3 villages and exploring Andaliman trade and export data. The results of the analysis show that the correlation between cultivation variables, namely production, topography, number of plants, and area of andaliman plantation land in the three research locations, namely Perjuangan Village (Dairi District), Goting Raya Village and Bintang Raya Village (Simalungun District) is very low. This low correlation shows that andaliman has not been managed as a potential crop as a foreign exchange earner/export crop. Andaliman as a typical export commodity of North Sumatra is still experiencing obstacles to agrotechnology, trade, and exports. The main thing is that there is no diversification of uses and no regulations and SNI specifically for Andaliman. It is recommended that support from the government be in the form of benefits of andaliman for health or other uses. Agro-technological aspects must be introduced to Andaliman farmers so that the harvesting process is not exploratory, but cultivation based.