Optimalisasi Produksi Bahan Tanaman Unggul Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Melalui Kajian Polinasi Buatan

Abstract

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman utama penghasil minyak nabati yang perbanyakannya dilakukan secara generatif melalui benih. Saat ini produksi benih kelapa sawit membutuhkan informasi dosis, waktu serbuk, lama simpan polen, viabilitas dan daya berkecambah benih antar varietas. Produksi benih merupakan aspek yang paling vital bagi kegiatan pertanaman. Pemilihan benih berkualitas baik menentukan hasil yang menghasilkan hubungan berbanding lurus dengan banyaknya hasil produksi dimasa depan. Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil produksi benih kelapa sawit melalui teknik penyerbukan buatan dioptimalkan menggunakan metode K-means clustering dan formula optimasi baru. Analisis terhadap variabel kunci seperti viabilitas polen, bobot tandan, dan kualitas biji menunjukkan kondisi optimal untuk penyerbukan. Hasil menunjukkan penyerbukan di pagi hari (07.00-10.00 wib) dengan polen segar secara signifikan meningkatkan kualitas hasil produksi benih. Evaluasi model menggunakan cross-validation menunjukkan performa model baik dengan nilai MSE rendah antara 0.118 hingga 0.196 dan R-squared mendekati sempurna sebesar 0.998 hingga 0.999, mengindikasikan kemampuan model dalam menangkap variabilitas data dengan akurat. Optimasi ini meningkatkan konsistensi produksi, jumlah biji baik sebesar 13.6%, bobot tandan sebesar 13.0%, dan mengurangi benih afkir hingga 28.6%. Temuan ini menunjukkan bahwa penyerbukan buatan dapat meningkatkan produktivitas secara signifikan, memperkuat kualitas hasil, efisiensi penggunaan sumber daya, dan profitabilitas. Penulis merekomendasikan penggunaan dosis 0,04 gram dalam setiap penyerbukan di PPKS demi efisiensi keberlanjutan penggunaan polen. Hal ini juga mempertimbangkan jumlah pohon bapak (pisifera) sebagai sumber polen yang semakin hari jumlah berkurang. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa varietas PPKS 540 memiliki daya berkecambah (DB) tertinggi (84,9%), diikuti oleh Simalungun (81,46%), PPKS 540 NG (75,46%), Langkat (75,43%), Dumpy (73,41%), PPKS 718 (72,29), Yangambi (68,81%), PPKS 239 (65,74%), dan Avros (56,92%). Hal ini diduga karena pengaruh faktor internal, berhubungan dengan kondisi benih yang dikecambahkan baik genetik, maupun kondisi eksternal yang meliputi air, suhu, dan perlakuan oksigen yang optimal selama pengecambahan. Hasil memperlihatkan kadar air (KA) benih pada periode perendaman (I) 16- 20%, dan perendaman (II) 19-22% seluruh benih yang diproses masih berada pada taraf aman kadar air untuk proses pematahan dormansi benih kelapa sawit. Karakteristik pohon induk dari varietas benih menjadi penyebab terjadinya perbedaan daya berkecambah benih. Oil palm (Elaeis guineensis Jacq) is a major vegetable oil producing plant whose propagation is done generatively through seeds. Currently, oil palm seed production requires information on dosage, powder time, pollen storage time, viability and germination of seeds between varieties. Seed production is the most vital aspect of cropping activities. The selection of good quality seeds determines the yield that results in a directly proportional relationship with the amount of future production. This study aims to increase oil palm yield through artificial pollination techniques optimised using the K-means clustering method and a new optimisation formula. Analysis of key variables such as pollen viability, bunch weight, and seed quality revealed optimal conditions for pollination. Results showed that pollination in the morning with fresh pollen significantly improved the quality of seed production. Model evaluation using cross-validation showed good model performance with low MSE values between 0.118 to 0.196 and near-perfect Rsquared of 0.998 to 0.999, indicating the model's ability to accurately capture data variability. The optimisation improved production consistency, number of good seeds by 13.6%, bunch weight by 13.0%, and reduced discarded seeds by 28.6%. These findings suggest that artificial pollination can significantly increase productivity, strengthen yield quality, resource use efficiency, and profitability. The author recommends the use of a dose of 0.04 grams in arificial pollination for the efficiency of sustainable pollen use. This also considers the number of father trees (pisifera) as a source of pollen which is decreasing day by day. The results showed that the PPKS 540 variety had the highest germination rate (DB) (84.9%), followed by Simalungun (81.46%), PPKS 540 NG (75.46%), Langkat (75.43%), Dumpy (73.41%), PPKS 718 (72.29), Yangambi (68.81%), PPKS 239 (65.74%), and Avros (56.92%). This is thought to be due to the influence of internal factors, related to the genetic condition of the germinated seeds, as well as external conditions including water, temperature, and optimal oxygen treatment during germination. The results showed that the moisture content (KA) of seeds in the soaking period (I) was 16-20%, and soaking (II) was 19-22%, all seeds processed were still at a safe level of moisture content for the process of breaking the dormancy of oil palm seeds. The characteristics of the parent tree of the seed variety cause differences in seed germination.