Mahasiswa Karo dan Etika Ertutur dalam Sistem Kekerabatan (Rakut Sitelu) pada Mahasiswa Politeknik Negeri Medan (Polmed)

Abstract

Etnik Karo merupakan salah satu etnik besar di-Provinsi Sumatera Utara, bahkan salah satu kabupaten yang ada di-Sumatera Utara disebut Kabupaten Karo. Etnik karo terbagi menjadi lima marga, yaitu Karo-karo, Ginting, Tarigan, Sembiring, dan Perangin-angin. Ertutur merupakan cara yang digunakan untuk menjalin hubungan antar mahasiswa karo, perilaku dan interaksi mahasiswa Karo dalam Rakut Sitelu digunakan untuk mengidentifikasi persepsi dan hambatan komunikasi dalam Ertutur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi Mahasiswa Karo dan Etika Ertutur dalam sistem kekerabatan (Rakut Sitelu) pada mahasiswa karo di-POLMED. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pengambilan informan menggunakan teknik Purposive Sampling, kemudian menggunakan teknik Snowball Sampling, yakni menggunakan rekomendasi dari informan awal untuk menentukan informan lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa karo di-Polmed melakukan tradisi Ertutur pada saat pertama kali berkenalan, akan tetapi rata-rata kurang memahami Rakut Sitelu. Faktor hambatan penyebabnya yaitu, lingkungan tempat tinggal serta kurang perdulinya mahasiswa Karo terhadap adat budaya karo, dan orang tua berperan penting untuk mengajarkan anak. The Karo ethnic group is one of the major ethnic groups in North Sumatra Province, and one of the districts in North Sumatra is named Karo Regency. The Karo ethnic group is divided into five clans: Karo-karo, Ginting, Tarigan, Sembiring, and Perangin-angin. Ertutur is a method used to establish relationships among Karo students, and the behaviors and interactions of Karo students within Rakut Sitelu are used to identify perceptions and communication barriers in Ertutur. This study aims to understand the perceptions of Karo students and the ethics of Ertutur within the kinship system (Rakut Sitelu) among Karo students at POLMED. The research method used is descriptive qualitative, with informant selection using purposive sampling followed by snowball sampling, which involves recommendations from initial informants to identify other informants. The results indicate that Karo students at POLMED practice the tradition of Ertutur when first meeting, but on average, they have a limited understanding of Rakut Sitelu. The barriers identified include the living environment and a lack of concern among Karo students for Karo cultural customs, with parents playing an important role in teaching their children about the kinship system, especially Rakut Sitelu.