Hubungan Antara Religiusitas dengan Perilaku Prososial pada Remaja Bkprmi (Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia) di Kota Medan

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan perilaku prososial pada remaja BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia) di Medan Amplas. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 110 remaja BKPRMI yang terdiri dari 74 remaja laki-laki dan 36 remaja perempuan yang berusia antara 18 hingga 21 tahun. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasi Product Moment. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dengan perilaku prososial dilihat koefisien (𝑟𝑥𝑦)= 0,624 dengan P = 0,000 < 0,05. Hasil ini menunjukkan hipotesis yang diajukan diterima, semakin tinggi religiusitas maka semakin tinggi perilaku prososial dan sebaliknya, serta nilai koefisien determinasi (𝑟2)= 0,389. Ini menunjukkan bahwa religiusitas berkontribusi sebesar 38,9% terhadap perilaku prososial. Berdasarkan hasil uji mean hipotetik dan empirik religiusitas dalam kategori tinggi dapat diketahui perhitungan mean hipotetik= 39 dan mean empirik=45,01 dan untuk perilaku prososial mean hipotetik dan empirik juga tinggi dengan mean hipotetik = 55 dan mean empirik = 60,58. This research aimed to determine the correlation between religiosity and prosocial behavior in BKPRMI (Indonesian Mosque Youth Communication Body) adolescents in Medan Amplas. This research used a quantitative method. The sample consisted of 110 BKPRMI adolescents, including 74 male adolescents and 36 female adolescents, aged between 18 and 21 years. The data analysis method used in this research was Product Moment Correlation. Based on the data analysis, it was found that there was a significant positive correlation between religiosity and prosocial behavior with a correlation coefficient (rxy) of 0.624, with p = 0.000 < 0.05. This result indicates that the hypothesis was accepted, meaning that higher religiosity is associated with higher prosocial behavior, and vice versa. The determination coefficient (r²) was 0.389, which means that religiosity contributed 38.9% to prosocial behavior. Based on the hypothetical and empirical mean tests, religiosity was in the high category with a hypothetical mean of 39 and an empirical mean of 45.01, and for prosocial behavior, both the hypothetical and empirical means were high, with a hypothetical mean of 55 and an empirical mean of 60.58.