Kajian Hukum Identifikasi Korban Pembunuhan Tanpa Identitas Oleh Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Di Kepolisian Daerah Sumatera Utara

Abstract

Kasus pembunuhan di Sumatera Utara beberapa masih banyak belum terungkap hingga saat ini salah satunya ada di Kota Medan. Bahkan terdapat 9 (sembilan) kasus pembunuhan yang belum terungkap hingga saat ini dan tidak satupun terduga pelaku ditangkap, peran sidik jari dapat membantu proses pembuktian dalam penyelidikan, karena dengan menggunakan sidik jari pihak kepolisian dapat mengetahui identitas pelaku kejahatan. Sehingga peneliti mengambil perumusan masalah terkait pengaturan hukum dan proses identifikasi korban kejahatan pembunuhan tanpa identitas serta Kendala apa saja yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan identifikasi oleh INAFIS untuk mengungkap kasus kejahatan pembunuhan tanpa identitas di Polda Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif bersifat deksriptif analisis dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara library research dan field research dan selanjutnya dianalisis secara mendalam. Pengaturan hukum mengenai INAFIS dalam proses identifikasi korban kejahatan suatu tindak pidana INAFIS mengacu pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002. Dalam Pasal 15 Ayat 1 Huruf h peraturan ini berikan wewenang pada polisi nasional( interogator, asisten pemeriksa) mengakulasi sidik jari serta mengutip gambar. Proses identifikasi korban kejahatan pembunuhan tanpa identitas oleh INAFIS di Polda Sumatera Utara melibatkan serangkaian langkah forensik yang cermat dan teliti sebagai berikut: Melakukan pemeriksaan terhadap mayat, mencatat ciri-ciri fisik, dan mengumpulkan sampel DNA hingga menganalisis data untuk menemukan tersangka. Kendala yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan identifikasi oleh INAFIS untuk mengungkap kasus kejahatan pembunuhan tanpa identitas oleh INAFIS di Polda Sumatera Utara Salah satu kendala utama adalah kurangnya data referensi, faktor cuaca yang mampu mengubah bentuk mayat dan Keterbatasan teknologi dalam hal peralatan forensik. Many murder cases in North Sumatra have not yet been revealed, one of which is in the city of Medan. In fact, there are 9 (nine) murder cases that have not been solved to date and none of the alleged perpetrators have been arrested. The role of fingerprints can help the evidentiary process in investigations, because by using fingerprints the police can find out the identity of the perpetrator of the crime. So the researchers formulated the problem related to legal regulations and the process of identifying victims of crimes of murder without identity as well as what obstacles were obstacles to the implementation of identification by INAFIS to uncover cases of crimes of murder without identity at the North Sumatra Regional Police. This research uses normative research methods that are descriptive analysis with data collection techniques carried out using library research and field research and then analyzed in depth. Legal regulations regarding INAFIS in the process of identifying crime victims of an INAFIS crime refer to Law Number 2 of 2002. In Article 15 Paragraph 1 Letter h, this regulation gives the national police (interrogator, assistant examiner) the authority to collect fingerprints and take pictures. The process of identifying victims of unidentified murder crimes by INAFIS at the North Sumatra Regional Police involves a series of careful and thorough forensic steps as follows: Carrying out an examination of the corpse, recording physical characteristics, and collecting DNA samples to analyzing the data to find the suspect. Obstacles that hinder the implementation of identification by INAFIS to uncover the crime of murder without identity by INAFIS at the North Sumatra Regional Police. One of the main obstacles is the lack of reference data, weather factors that can change the shape of corpses and technological limitations in terms of forensic equipment.