Pengaruh Dosis Gula Dan Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol Pada Pembuatan Bir Umbi Porang (Amorphophallus Muelleri Blume)

Abstract

Umbi porang (Amorphophallus muelleri Blume) atau sering disebut ilesiles, termasuk famili Araceae yang memiliki ciri khusus dengan kandungan glukomanan sebesar 45-65%. Kandungan umbi porang dalam 100 gram terdapat karbohidrat 8,82% dan pati 7,65%. Kandungan karbohidrat dan pati inilah yang menjadikan umbi porang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan minuman bir, sehingga memenuhi persyaratan umbi porang menjadi minuman fermentasi. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gula dan waktu fermentasi terhadap kadar alkohol pada fermentasi pembuatan bir dari umbi porang (Amorphophallus muelleri Blume). Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dalam skala laboratorium yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama penambahan dosis gula (G) yang terdiri dari lima taraf 0 b/v (kontrol), (5%, 10%, 15%, dan 20% (b/v). Faktor kedua waktu fermentasi (H) terdiri dari 3 taraf (7 hari, 14 hari dan 21 hari). Bir yang dihasilkan akan di uji kadar alkohol menggunakan refraktometer. Hasil penelitian menunjukan semakin tinggi penambahan dosis gula maka akan semakin banyak alkohol yang terbentuk hingga mencapai titik optimal yaitu 11.5 %. Jika dosis gula terus ditambah maka kadar alkohol yang terbentuk akan menurun. Semakin lama waktu fermentasi maka alkohol yang dihasilkan akan semakin tinggi sampai batas waktu optimal. Jika waktu fermentasi terus diperpanjang maka kadar alkohol yang terbentuk akan menurun. Porang tuber (Amorphophallus muelleri Blume), also known as iles-iles, belongs to the Araceae family and is characterized by its high glucomannan content, ranging from 45% to 65%. In 100 grams of porang tuber, there are 8.82% carbohydrates and 7.65% starch. These carbohydrate and starch contents make porang tuber a suitable ingredient for beer production, fulfilling the fermentation beverage requirements. The objective of this study is to determine the effect of sugar concentration and fermentation time on the alcohol content in beer fermentation using porang tubers (Amorphophallus muelleri Blume). This study employs an experimental method on a laboratory scale, consisting of two factors. The first factor is sugar concentration (G) with five levels: 0% (control), 5%, 10%, 15%, and 20%. The second factor is fermentation time (H) with three levels: 7 days, 14 days, and 21 days. The alcohol content in the resulting beer will be measured using a refractometer. The results indicate that increasing the sugar concentration leads to higher alcohol formation until it reaches an optimal point of 11.5%. If sugar concentration continues to increase beyond this point, alcohol production decreases. Similarly, the longer the fermentation time, the higher the alcohol content until it reaches an optimal duration. If fermentation time is extended further, alcohol levels will start to decline.