Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove di Desa Pulau Banyak Kabupaten Langkat

Abstract

Menggunakan kombinasi metode kualitatif deskriptif dan kuantitatif, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan strategi ekowisata mangrove berbasis wisata perikanan di Desa Pulau Banyak, Kabupaten Langkat. Data dikumpulkan melalui observasi lapangan, wawancara dengan anggota komunitas, akademisi, manajer, pejabat pemerintah, dan media, serta studi dokumentasi dan data sekunder. Untuk menganalisis data, teknik-teknik berikut digunakan: analisis ekologi, indeks kesesuaian pariwisata, penilaian ekonomi, analisis SWOT (IFAS dan EFAS), dan pendekatan kolaboratif pentahelix. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan mangrove di Desa Pulau Banyak memiliki luas 104,23 hektar. Jenis mangrove yang dominan adalah Rhizophora apiculata, Avicennia marina, dan Sonneratia caseolaris, dengan indeks kesesuaian wisata sebesar 71%, yang menunjukkan kelayakan tinggi sebagai destinasi ekowisata. Nilai ekonomi mangrove dihitung dari manfaat langsung (ikan, udang, kerang) dan manfaat tidak langsung (wisata, keberlanjutan ekologis). Pendekatan pentahelix menunjukkan perlunya sinergi antara akademisi, bisnis, pemerintah, masyarakat, dan media dalam pengelolaan yang berkelanjutan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pengembangan ekowisata mangrove berbasis perikanan di Desa Pulau Banyak berpotensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Strategi agresif berbasis potensi perikanan lokal menjadi pendekatan utama. Partisipasi aktif masyarakat dan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan dalam pengembangan ekowisata berkelanjutan. Using a combination of descriptive qualitative and quantitative methods, this study aims to develop a strategy for mangrove ecotourism based on fisheries tourism in Pulau Banyak Village, Langkat Regency. Data was collected through field observations, interviews with community members, academics, managers, government officials, and the media, as well as documentation studies and secondary data. To analyze the data, the following techniques were used: ecological analysis, tourism suitability index, economic valuation, SWOT analysis (IFAS and EFAS), and the pentahelix collaborative approach. The results showed that the mangrove area in Pulau Banyak Village has an area of 104.23 hectares. The dominant mangrove species are Rhizophora apiculata, Avicennia marina, and Sonneratia caseolaris, with a tourism suitability index of 71%, which indicates high feasibility as an ecotourism destination. The economic value of mangroves is calculated from direct benefits (fish, shrimp, shellfish) and indirect benefits (tourism, ecological sustainability). The pentahelix approach shows the need for synergy between academia, business, government, community and media in sustainable management. The conclusion of this study is that the development of fisheries-based mangrove ecotourism in Pulau Banyak Village has great potential to improve the welfare of the local community. An aggressive strategy based on local fisheries potential is the main approach. Active community participation and cross-sector collaboration are the keys to success in developing sustainable ecotourism.