Strategy of the General Election Commission of Mandailing Natal Regency in Socializing the 2024 General Election

Abstract

This study focuses on the challenges in socializing the 2024 General Election in Mandailing Natal Regency, influenced by the diverse geography, ranging from coastal to mountainous regions. This creates accessibility issues, especially in remote areas, requiring extra time and cost and having limited infrastructure. The research aims to analyze the strategies the General Election Commission (KPU) implemented in socializing the 2024 General Election and the barriers faced. Based on Chandler's theory (2015), the results show that the KPU's strategies have been effective, with volunteer programs involving religious communities, such as Islamic boarding schools. The appropriate actions also contribute to increasing public understanding of the election process. However, resource allocation presents a challenge, as evidenced by Adhoc Committee members' lack of emotional attachment, not having strong ties to the organization, limited funding, and insufficient understanding among Adhoc members. More intensive training is needed to address these challenges. Penelitian ini berfokus pada tantangan sosialisasi Pemilu 2024 di Kabupaten Mandailing Natal, dipengaruhi oleh kondisi geografis yang beragam, mulai dari pesisir hingga pegunungan. Hal ini menimbulkan permasalahan aksesibilitas, terutama di daerah terpencil, membutuhkan waktu dan biaya tambahan, serta keterbatasan infrastruktur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang diterapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam sosialisasi Pemilu 2024 dan hambatan yang dihadapi. Berdasarkan teori Chandler (2015), hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi KPU telah efektif, dengan program relawan yang melibatkan komunitas keagamaan, seperti pesantren. Tindakan yang tepat juga berkontribusi pada peningkatan pemahaman publik tentang proses pemilu. Namun, alokasi sumber daya menghadirkan tantangan, sebagaimana dibuktikan oleh kurangnya keterikatan emosional anggota Panitia Adhoc, tidak memiliki ikatan yang kuat dengan organisasi, keterbatasan dana, dan kurangnya pemahaman di antara anggota Panitia Adhoc. Pelatihan yang lebih intensif diperlukan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini.