Pelanggaran Hak Cipta atas Karya Lagu atau Musik yang Dieksploitasi Melalui Generatif Kecerdasan Buatan pada Aplikasi Tiktok

Abstract

Pelanggaran hak cipta saat ini semakin meluas, terutama dengan perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan yang berdampak signifikan pada industri musik. Pengguna dapat mereplikasi suara penyanyi atau mengubah aransemen lagu tanpa izin melalui platform digital seperti TikTok, yang berpotensi melanggar hak cipta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan hukum terhadap pelanggaran hak cipta atas karya lagu/musik di indonesia dan untuk mengetahui potensi pelanggaran hak cipta atas karya lagu/musik yang dieksploitasi melalui generatif kecerdasan buatan pada aplikasi tiktok. Metode yang digunakan adalah yuridis normatif dengan pendekatan kualitatif, melalui studi kepustakaan dan analisis regulasi, khususnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Hasil penelitian terbagi menjadi dua. Pertama, pengaturan pelanggaran hak cipta di Indonesia menekankan pada 2 jenis pelanggaran yakni pelanggaran terhadap hak ekonomi dan hak moral. Kedua, bahwa pelanggaran hak cipta musik diTikTok melalui generatif kecerdasan buatan terdapat dalam fenomena deepfake voice dan Suno AI, yang menggunakan data untuk melatih model AI dalam menciptakan karya baru tanpa izin. Namun, untuk membuktikan pelanggaran secara konkret, dibutuhkan alat pendeteksi yang saat ini belum sepenuhnya memadai. Oleh karena itu, diperlukan pembaruan regulasi dan alat pendeteksi yang lebih baik untuk melindungi pencipta dan pemegang hak cipta. Copyright infringement is increasingly widespread, especially with the advancement of technology such as artificial intelligence, which has significantly impacted the music industry. Users can replicate a singer's voic or alter song arrangements without permission via digital platforms like TikTok, potentially violating copyright. This study aims to examine the legal regulations concerning copyright infringement of musical works in Indonesia and to explore how such works are exploited through generative artificial intelligence on the TikTok application. The method used is normative juridical with a qualitative approach, through literature study and regulatory analysis, particularly Law Number 28 of 2014 on Copyright. The findings are twofold. First, copyright infringement regulation in Indonesia emphasizes two types of violations: economic rights and moral rights. Second, copyright infringement on TikTok through generative AI appears in phenomena such as deepfake voice and Suno AI, which use data to train AI models to create new works without permission. However, proving such violations concretely requires detection tools, which are currently inadequate. Therefore, regulatory updates and more effective detection tools are necessary to protect creators and copyright holders.