Analisa Mesin Pengupas Gabah dengan Kapasitas 400 Kg/Jam

Abstract

Pengolahan hasil padi pada awalnya diolah menggunakan cara tradisional yaitu dengan menggunakan lesung penumbuk padi, namun yag diperoleh tidak memuasko.n dan kurang efisien karena menghasilkan beras pecah kulit denga persentase 50-54% dan beras banyak yang patah. Benambahnya produksi pada dari tahun ketahun maka dengan dasar pengoJahan panen timbullah teknik baru rnesin prosesing haisl panen ya itu : Mesin peromok gabah, Mesin pengupas gabah. Mesin pemisah beras pecah kulit. Mesin penyosoh beras, Mesin pemilih kualitas. Kegiatan perencanazn ini bertujuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh petani di Desa Kwala Mencirim (langkat) dal am pengupasan gabah (padi). Untuk mencapai tujuan ini, dirancang bangun alat mesin pengupas gabah (Huller). Kualitas beras giling dite;1tukan pada proses pengupasan kulit gabah menjdi beras pecah kulit (BPK), sehingga pengupasan kulit gabah banyak dikembangkan dengan menggunakan Sistem rol karet (Rubber rol), Sistem bantingan (Flash type) dan tipe silider (Engelberg ). Pada umumnya sistem rubber rol banyak digunakan dan dikembangkan karena beras pecah kulit sangat sedikil kontruksi mudah dibuat, kapasitas produksi yang sangat ti nggi,harganya ekonomis dansuku cadang mudah dicari di pasaran. Jenis padi yang ditanam di Indonesia ada dua macam, yaitu padi bulu dan padi cere (tak berbulu). Penggilingan gabah menjadi beras sosoh, dimulai dengan pengupasan kulit gabah. Syarat utama pegupasan kulit gabah adaJah kadar keringnya gabah yang akan digiling dengan kekeringan rnencapai angka 14 - I 4,5 %. Kekerasan rol karet sekitar 90" - 92° yang digunakan untuk jenis padi di indonesia. Perbedaan rol karet (Differenrial ratio) sekitar 22 - 23 %.pengaturan jarak renggang yang terlalu sempit akan mempercepat pengausan rol. Jarak renggang yang terlalu lebar dapat menurunkan efisiensi pengupasan gabah. Jarak renggang rol utama dengan rol pembantu 2/3 tebalnya gabah yang akan digiling, atau kira-kira sekitar 0,5 -- 0,8 mm. Kecepatan penggilingan gabah tergantung pada putaran dan ukrJran rol karet. Namun sistem rubber rol masih dapat kekurangan yaitu pengausan rol karet akibat gesekan rol dengan gabah yang berbeda kecepatan antara dua buah silinder rol yang terjadi . Initially, rice products were processed using traditional methods namely by using a rice mortar, but what was obtained was not satisfying and less efficient because it produces rice that breaks the skin the percentage is 50-54% and a lot of rice is broken. Increased production in From year to year, on the basis of harvest processing, new techniques emerge The processing machines for harvesting are: Grain crushing machine, Peeling machine grain. Crushed rice separator machine. Rice grading machine, selecting machine quality. This planning activity aims to overcome the problem faced by farmers in Kwala Mencirim Village (Langkat) in stripping grain (paddy). To achieve this goal, a grain peeling machine was designed (Huller). The quality of milled rice is determined in the process of peeling the grain into broken skin rice (CPC), resulting in a lot of stripping of the grain's skin developed using a rubber roller system (Rubber roller), System dings (Flash type) and cylinder type (Engelberg). In general, the system is rubber Rollers are widely used and developed because rice breaks the skin very little easy construction, very high production capacity, economical price and spare parts are easy to find on the market. Types of rice grown in Indonesia There are two types, namely hairy rice and cere rice (hairless). Grain milling into sosoh rice, starting with stripping the skin of the grain. The main requirement Peeling the grain is the dryness of the grain to be milled drought reached 14 - I 4.5%. Rubber roller hardness is around 90" - 92° which is used for types of rice in Indonesia. Differences in rubber rollers (Differenrial ratio) around 22 - 23 %. Setting the gap distance too narrow will speeds up roller wear. A gap that is too wide can cause problems grain hulling efficiency. The gap between the main roller and the auxiliary roller is 2/3 the thickness of the grain to be milled, or approximately 0.5 - 0.8 mm. Speed Grain milling depends on the rotation and size of the rubber roller. But system Rubber rollers still have shortcomings, namely wear and tear of the rubber rollers due to roller friction with different grain speeds between the two roller cylinders that occur.