Please use this identifier to cite or link to this item: https://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/12604
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorFauzi, Kemal-
dc.date.accessioned2020-12-10T02:37:32Z-
dc.date.available2020-12-10T02:37:32Z-
dc.date.issued2018-01-24-
dc.identifier.urihttps://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/12604-
dc.description.abstractDalam pandangan Islam, berjalan ke masjid dengan niat ibadah mendapatkan pahala. Semakin jauh seseorang berjalan atau dengan kata lain, semakin sulit dan banyak pengorbanan yang dilakukan untuk bisa datang ke masjid, maka pahalanya lebih besar. Ada seorang sahabat yang rumahnya jauh dari masjid. Lalu, karena setiap hari untuk melaksanakan shalat berjamaah ia harus mengejar waktu. Akhirnya ia berniat pindah ke dekat masjid madinah. Namun apa yang terjadi? Bukannya Rasulullah itu mendukung, tapi malah melarang sahabat tersebut untuk tinggal di dekat masjid. I’tikaf atau berdiam diri di masjid juga dianggap ibadah. Bahkan pahala orang i’tikaf sama dengan pahala orang mengerjakan shalat sunnah. "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Para Malaikat berdo'a untuk salah seorang dari kalian selama dia masih pada posisi shalatnya dan belum berhadats, 'Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia'. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti palaksanaan shalat. Dimana tidak ada yang menghalangi dia untuk kembali kepada keluarganya kecuali shalat itu." (HR. Bukhari)en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Medan Areaen_US
dc.subjectitikafen_US
dc.subjectmasjiden_US
dc.titleKeutamaan Itikaf di Masjiden_US
dc.typeArticleen_US
Appears in Collections:Buletin Taqwa

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Kemal Fauzi - Keutamaan I'tikaf di Masjid.pdfArticle977.02 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.