Hubungan Persepsi Terhadap Mata Pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dengan Prokrastinasi pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 5 Mandau

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan persepsi terhadap mata pelajaran matematika, fisika, kimia dengan prokrastinasi, dimana sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IP A SMA N 5 Mandau yang berjumlah 40 orang. Berdasarkan kajian teoritis yang ada di BAB II, maka diajukan hipotesis penelitian yang berbunyi : Ada hubungan negatif antara persepsi terhadap mata pelajaran matematika, fisika, kimia dengan prokrastinasi. Artinya semakin positif persepsi terhadap mata pelajaran matematika, fisika, kimia, maka semakin rendah prokrastinasi. Sebaliknya semakin negatif persepsi terhadap mata pelajaran matematika, fisika, kimia maka semakin tinggi prokrastinasi. Dari hasil analisis data yang dilakukan dengan menggunakan Teknik Analisis regresi diketahui hasil sebagai berikut: 1) Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap mata pelajaran matematika, fisika, kimia dengan prokrastinasi pada siswa kelas XI IPA SMA N 5 Mandau dengan koefisien korelasi r = -0,674 dengan p<0,05. Semakin positif persepsi terhadap mata pelajaran matematika, fisika, kimia maka semakin rendah prokrastinasi. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. 2). Persepsi terhadap mata pelajaran matematika, fisika, kimia memberikan pengaruh terhadap prokrastinasi sebesar r= 0,454 atau 45,4 %. Masih terdapat 54,6% pengaruh dari faktor lain intelegensi, minat, faktor-fal1:or pengaruh kelompok, dan faktor-faktor perbedaan latar belakang kultural. 3). Tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dengan perempuan yang melakukan prokrastinasi ditunjukkan dengan koefisien t>0,05 (t=0,480). 4). Siswa-siswi SMA N 5 Mandau temyata memiliki persepsi terhadap mata pelajaran matematika, fisika, kimia tergolong kimia tergolong tinggi, dimana terlihat bahwa nilai hipotetik persepsi terhadap mata pelajaran matematika, fisika, kimia (72) lebih besar dari nilai empirik (94,82) dan selisihnya tidak melebihi SD. Sementara itu tingkat prokrastinasi tergolong rendah, hal ini didasarkan pada perhitungan dimana nilai hipotetik (84) lebih besar dari nilai empirik (51,58) dan selisihnya tidak melebihi SD.