Please use this identifier to cite or link to this item: https://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/9998
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorDarmayanti, Nefi-
dc.contributor.advisorMetia, Cut-
dc.contributor.authorHarahap, Jurianna-
dc.date.accessioned2019-03-12T04:25:18Z-
dc.date.available2019-03-12T04:25:18Z-
dc.date.issued2009-
dc.identifier.other048600088-
dc.identifier.urihttp://repository.uma.ac.id/handle/123456789/9998-
dc.descriptionMasa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Dalam perkembangan kepribadian seorang remaja mempunyai arti yang khusus, dimana remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan. Umumnya masa ini berlangsung sekitar umur 12 tahun sampai 21 tahun untuk wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun untuk laki-laki yaitu masa anak duduk di bangku sekolah menengah (Mappiare,1982). Selanjutnya Semiawan (1989) mengibaratkan masa remaja "terlalu besar untuk serbet, terlalu kecil untuk taplak meja", masa remaja tidak dianggap seperti anak-anak lagi tetapi juga belum bisa masuk ke dalam golongan orang dewasa. Fase remaja adalah fase dimana terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau sejajar. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas, mereka sudah tidak tergolong anak-anak tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk golongan orang dewasa (Ali, 2004). Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi- fungsi fisik maupun psikisnya. Ditinjau dari kondisi tersebut mereka masih termasuk golongan kanak- kanak, mareka masih harus menemukan tempat dalam masyarakat. Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat- sifat masa transisinya, karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status kanak- kanak, sehingga hal tersebut sering menimbulkan konflik dalam diri mereka yang tak jarang mereka tunjukk:an dalam bentuk perilaku yang bertentangan dengan lingkungan, seperti perilaku menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis yang lebih dikenal dengan perilaku agresif. Agresif bukan hanya suatu usaha untuk sengaja menyakiti seseorang tetapi juga dasar dari interpretasi intelektual, dari tercapainya kebebasan, bahkan kebanggaan yang bisa membuat seseorang merasa lebih dari teman-temannya (Berkowitz, 2003).en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Medan Areaen_US
dc.subjectpola asuh permisifen_US
dc.subjectperilaku agresifen_US
dc.titleHubungan Pola Asuh Permisif dengan Perilaku Agresif pada Siswa SMP Negeri Padangsidempuanen_US
dc.typeSkripsi Sarjanaen_US
Appears in Collections:SP - Psychology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
048600088_Jurianna Harahap (no abstract).pdfFulltext4.94 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.