Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/24656
Title: | Tindak Pidana Pemilu di Indonesia |
Other Titles: | Election Crime in Indonesia |
Authors: | Lubis, Andi Hakim Siagian, Fahrizal S. |
Keywords: | tindak pidana pemilu |
Issue Date: | Jul-2024 |
Publisher: | Universitas Medan Area |
Series/Report no.: | ISBN;978-623-10-1959-2 |
Abstract: | Sejarah politik Indonesia modern mencatat bahwa setiap kali pemilihan umum, atau pemilu, muncul kritikan yang meragukan proses dan hasil pemilu. Hal ini tidak hanya terjadi pada pemilu selama Orde Baru, tetapi juga pada masa reformasi dan pasca reformasi yakni Pemilu 1999, Pemilu Legislatif 2004, dan Pemilu Presiden 2004. Protes bahkan terjadi di Pemilu 1955, yang dianggap sebagai yang paling bersih. Seiring dengan berlangsungnya pemilihan langsung kepala daerah (pilkada) pada tahun 2005, daftar protes ketidakpuasan terhadap pemilu semakin bertambah. Di satu sisi, ketidakpuasan terhadap proses dan hasil pemilu itu disebabkan oleh banyaknya pelanggaran peraturan pemilu yang belum diselesaikan; di sisi lain, ketidakpuasan tersebut disebabkan oleh perasaan terhadap tindakan penyelenggara pemilu yang tidak adil. Pada Pemilu 1955, partai-partai oposisi menuduh Panitia Pemilihan Indonesia sengaja memperlambat pembentukan panitia pelaksana pemilu di daerah untuk memasukkan kandidat yang dapat menguntungkan partai pemerintah. Dengan kata lain, mereka menuduh panitia pelaksana pemilu di daerah yang dibentuk oleh Panitia Pemilihan Indonesia tidak independen. Pelanggaran hukum marak selama Orde Baru karena pemilu dirancang untuk memenangkan partai pemerintah. Panwaslak Pemilu telah ada sejak Pemilu 1982, tetapi tujuan sebenarnya adalah untuk mengurangi ketidakpuasan karena pelanggaran terjadi, bukan untuk menyelesaikan pelanggaran itu sendiri.Namun, hasil Pemilu 1999 hampir tidak dapat disahkan karena sebagian besar anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang berasal dari partai politik menolak menandatangani hasil penghitungan suara nasional. Alasannya adalah banyaknya pelanggaran yang terjadi selama proses pemilu, sehingga hasilnya tidak dapat divalidasi. Sejumlah partai juga melakukan hal yang sama saat menilai hasil Pemilu Legislatif 2004. Mereka bahkan menuntut pemilu ulang. |
Description: | 125 Halaman |
URI: | https://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/24656 |
Appears in Collections: | Books |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
E Book - Tindak Pidana Pemilu di Indonesia - Bab I, Daftar Pustaka.pdf | Bab I, Daftar Pustaka | 769.44 kB | Adobe PDF | View/Open |
E Book - Tindak Pidana Pemilu di Indonesia - Bab II, III, IV, V, VI, Biodata Penulis.pdf Restricted Access | Bab II, III, IV, V, VI, Biodata Penulis | 1.17 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.