Hubungan Antara Kemampuan Bersosialisasi dengan Post-Power Syndrome pada Pensiunan Tentara di PAC. PEPABRI Medan Polonia

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara kemampuan bersosialisasi dengan post power syndrome pada pensiunan tentara yang tergabung dalam PAC. PEPABRI Medan Polonia. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara kemampuan bersosialisasi dengan post-power syndrome. Artinya semakin tinggi kemampuan bersosialisasi, maka semakin rendah post-power syndrome. Sebaliknya semakin rendah kemampuan bersosialisasi, maka semakin tinggi post-power syndrome. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 17,00. Dari hasil pengolahan data diperoleh koefisien korelasi rxy = -0,329 ; p < 0,010. Semakin tinggi kemampuan bersosialisasi, maka semakin rendah post-power syndrome, dan sebaliknya semakin rendah kemampuan bersosialisasi, maka semakin tinggi post-power syndrome. Dengan demikian maka hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini, dinyatakan diterima. Bahwa kemampuan bersosialisasi memberikan kontribusi terhadap post- power syndrome sebesar 10,8%. Hal ini berarti bahwa masih terdapat 89,2% pengaruh dari faktor lain terhadap post-power syndrome, antara lain faktor kehilangan jabatan, kehilangan hubungan dengan kelompok eksklusif, kehilangan kewibawaan, kehilangan kontak sosial yang berorientasi pada pekerjaan dan kehilangan sumber penghasilan